Inspiratif! Ini 6 Gaya Parenting dari Seluruh Dunia

Nesia Amarasthi
Inspiratif! Ini 6 Gaya Parenting dari Seluruh Dunia

Menjadi orang tua yang baik, tidak ada aturan khusus kecuali memenuhi hak setiap anak. Ternyata setiap budaya punya pedoman bagi para orang tua. Aturan yang tidak resmi ini dilakukan secara turun-temurun dan menganggapnya jadi pegangan. Bahkan, memukul pantat anak pun dilakukan untuk mendisiplikan meski dianggap sebagai cara buruk secara legal.

Untuk inspirasi, ada berbagai gaya parenting dari seluruh dunia yang ada didaftar berikut. Ambil sisi positifnya dan sesuaikan dengan gaya parenting di Indonesia, ya.

Jepang: melatih kemandirian sejak dini

Di Jepang, anak usia 6 tahun berjalan kaki ke sekolah dan mengerjakan tugas tanpa pengawasan. Bahkan di kota yang sehiruk pikuk seperti di Tokyo. Dikutip dari The Atlantic, anak-anak sekolah dasar tidak membutuhkan orang lain membersihkan sekolahnya. Kebersihan sekolah sudah dibiasakan diurus sendiri, termasuk menyapu, mengepel ruang kelas, menyeka debu hingga membersihkan kamar mandi.

Skandinavia: tidur siang di luar ruangan

Di negara dua musim ini, terutama negara Nordik seperti Skandinavia, membiasakan anaknya tidur siang di luar ruangan. Atas dasar ‘friluftsliv’ atau kehidupan terbuka orang tua Skandinavia membuarkan anaknya tidur siang di luar diatas kereta bayi tanpa pengawasan.

Bahkan aktivitas tidur siang di luar ruangan ini dilakukan juga saat musim dingin. Tidur siang di luar ruangan dipercaya bisa membuat anak-anak mereka tetap sehat.

Cina: pelatihan toilet sejak bayi

Dikutip dari The Washington Post, bayi-bayi di Cina sudah diajarkan menggunakan toilet sejak usia beberapa bulan. Maka tak heran ketika anak-anak berusia 2 tahun sudah terlatih menggunakan toilet untuk buang air kecil maupun air besar.

Finlandia: waktu di kelas lebih sedikit

Pendidikan formal setiap negara tentu akan berbeda-beda. Berdasarkan aturan negara yang punya latar belakang budaya dalam ketetapannya, di Finlandia sekolah baru diwajibkan bagi anak usia 7 tahun. Itu pun hanya sedikit waktu di kelas karena mereka percaya bahwa anak-anak usia segitu lebih banyak diberi waktu untuk mengasah kreativitas.

Dengan bermain dan aktif secara fisik, harapannya dapat maksimal dalam materi sekolah lanjut. Dan hasilnya terbukti bahwa di Finlandia menduduki peringkat pertama dalam keberhasilan pendidikan.

Inggris Raya: siswa usia 18-25 mengambil ‘tahun jeda’

Tidak seperti negara lain di Amerika Serikat atau bahkan di Indonesia, siswa berusia 18-25 tahun tidak langsung melanjutkan pendidikan ke universitas. Selepas sekolah menengah atas, mereka mengambil tahun jeda untuk diisi dengan bepergian, bekerja dan menjadi sukarelawan. Dikutip dari Quartz ada 230.000 siswa pada tahun 2017 melakukan mengisi hidupnya dengan aktivitas diluar pendidikan formal.

Italia: minum anggur masuk kurikulum sekolah dasar

Karena anggur jadi menu penting saat makan malam sehinga masuk kurikulum sekolah dasar. Visi dari kurikulum ini adalah mendidik anak untuk lebih bertanggung jawab ketika mengkonsumsi anggur. Tak hanya perihal tanggung jawab, dikutip dari The Daily Mail, seluk beluk anggur juga diajarkan termasuk tentang budaya dan anggur khas negaranya.

Beberapa poin positif dari 6 gaya parenting dari berbagai negara diatas, yaitu soal kemandirian, tanggung jawab, kreativitas, tingkat adaptasi dan pola hidup sehat diajarkan oleh orang tua. Bagaimana dengan gaya parenting di Indonesia? Semoga melahirkan generasi unggul yang memajukan negara, ya!

LATEST ARTICLE