Mengkhawatirkan, Ini Dampak Bullying Pada Anak Usia Sekolah

Dian Afrillia
Mengkhawatirkan, Ini Dampak Bullying Pada Anak Usia Sekolah

Memasuki usia sekolah, anak akan memulai kehidupan di dunia yang baru. Tempat ia berkegiatan sehari-hari nggak semata-mata hanya rumah yang berisi keluarga, tetapi sekolah dengan beraneka ragam teman. Di sana ia mungkin akan bertemu teman-teman yang cocok dan baik padanya. Namun nggak menutup kemungkinan bila ada anak yang sering mem-bully. 

Contoh bullying di sekolah bisa beragam, mulai dari mengejek, menghina, mengatakan hal-hal tak pantas, menjahili, menghancurkan atau merusak barang pribadi, bahkan mencubit, menjambak, memukul, atau menendang. 

Bila menjadi korban bullying di sekolah sudah tentu anak akan takut dan nggak nyaman. Tapi dampaknya bisa lebih dari itu dan nggak bisa dianggap sepele. Penindasan pada masa kecil bisa berpengaruh sampai dia dewasa. Berikut beberapa dampak yang mesti orang tua ketahui: 

Kesehatan mental terganggu

Ketika ia nggak berbuat salah tapi terus menerus dijahili atau diejek tanpa sebab, ia bisa saja trauma. Nggak hanya orang dewasa, anak kecil pun bisa stres lho kalau sering diganggu. Ia bisa saja jadi mengurung diri, merasa sedih jangka panjang, gangguan makan dan tidur, mengalami gangguan kecemasan, depresi, bahkan terpikir untuk bunuh diri. 

Prestasi menurun

Menjadi korban bullying yang harus berada di lingkungan sama dengan si penindas tentu bukan hal mudah. Di sekolah, anak mungkin merasa nggak aman dan selalu harus waspada agar nggak diganggu. 

Perasaan seperti ini akan memecah konsentrasinya untuk fokus pada pelajaran. Lama-kelamaan ia mungkin nggak mau pergi ke sekolah lagi, sering pura-pura sakit, kabur dari sekolah, dan nilai-nilai pelajarannya pun akan anjlok. 

Menurut penelitian oleh psikolog di University of California (UCLA) dalam Journal of Early Adolescence, siswa yang sering mengalami penindasan mendapatkan nilai lebih buruk dibanding siswa lainnya. Masuk akal ya? 

Dengan nilai-nilai yang jelek, pemahaman terhadap pelajaran pun kurang, coba bayangkan bagaimana masa depannya? Contoh paling dekat, ia mungkin nggak bisa melanjutkan ke tahap pendidikan selanjutnya, misalnya SD ke SMP, terfavorit hanya gara-gara kesulitan belajar akibat bullying. 

Berpotensi jadi penindas di masa depan

Jadi korban bullying itu melelahkan. Rasanya selalu tertekan dan hidup dalam ketakutan. Lulus dari sekolah bisa jadi momen penuh kebebasan, kemudian bisa saja ia malah balas dendam di sekolah barunya. Ia lelah jadi orang yang tertindas dan ingin orang lain merasakan penderitaannya.

Tanpa disadari, anak jadi senang karena merasa keren dan kuat bila melihat orang lain menderita. Ya, nggak semua anak korban bully akan jadi penindas nantinya, tapi risiko ini memang ada.

Kalau nggak ditangani dengan baik, artinya bullying jadi rantai panjang yang tiada akhir. Sehingga tugas orang tua adalah membantu anak agar nggak jadi korban bullying dan mengajarkannya agar nggak menindas anak lain. 

LATEST ARTICLE