7 Cara Ampuh Mengusir Kecoak dan Serangga di Dapur
Kecoak dan serangga yang tiba-tiba muncul dari tempat tersembunyi di dapur cukup menyebalkan ‘kan? Caranya, begini untuk membasmi.
Ada berbagai persoalan dalam urusan makan. Baik menu mewah atau menu sederhana, gangguan makan bisa dialami siapa saja. Efeknya pada kesehatan, secara nggak langsung bisa terlihat dari tubuh. Misalnya terlihat terlalu kurus atau terlalu gemuk. Lantas, apa penyebab dari gangguan makan atau eating disorder?
Eating disorder atau gangguan makan adalah kondisi yang berefek negatif pada kesehatan, emosi dan fungsi sehari-hari lainnya. Biasanya, gangguan ini dialami oleh para remaja dan dewasa yang masih produktif. Dilansir oleh Kompas, para ahli memercayai bahwa gangguan makan disebabkan oleh berbagai faktor, yang paling utama adalah genetika.
Meskipun ada yang terjadi secara genetik, ada juga karena perfeksionis dan impulsif. Berikut penjelasannya secara singkat dan terperinci.
Sampai sekarang, beberapa penelitian menemukan bahwa jika memiliki anggota keluarga dengan eating disorder bisa mempunyai peluang 7 hingga 12 kali mengalami juga. Perilaku makan memang setiap orang atau setiap keluarga berbeda-beda. Tetapi, pada umumnya, makan dengan intensitas sehari tiga kali dan porsi normal satu cup nasi beserta lauk pauk berbahan sayuran dan protein.
Namun, ada orang yang punya kebiasaan makan kurang dari ukuran normal atau melebihi ukuran tersebut diatas sehingga menyebabkan gangguan makan.
Tiga macam hormon yang memengaruhi perilaku makan, yaitu serotonin, estrogen dan progesteron. Berdasarkan penelitian menemukan bahwa terdapat perbedaan jumlah serotonin pada orang yang mengalami anoreksia. Perbedaan ini membuat orang anoreksia menekan nafsu makan hingga pada taraf ekstrim.
Hormon estrogen dan progesteron juga memengaruhi perilaku makan lho. Ini bisa dirasakan saat sedang memasuki siklus menstruasi. Pada saat tersebut, wanita sering mengalami binge eating disorder, yaitu ingin menyantap makanan tanpa ingin berhenti.
Berbagai kondisi psikologis yang dialami seseorang bisa berpengaruh pada kebiasaan makannya. Ada tiga hal yang dilansir oleh National Eating Disorder Association, yaitu anxiety, tingkat kepuasan pada citra tubuh dan sikap perfeksionis.
Harapan pada diri sendiri meliputi bentuk tubuh dan citra tubuh seringkali jadi perhitungan ketat buat seorang perfeksionis. Penampilan dan shaping body jadi yang utama tanpa memberikan asupan cukup pada tubuh. Sedangkan penderita gangguan makan dialami juga oleh seseorang yang mengalami kecemasan sosial, kecemasan umum dan gangguan obsessive compulsive. Efek dari kondisi psikologis pada perilaku makan antara lain emotional eating atau makan berdasarkan kondisi emosional.
Tanpa sadar, misalnya stereotipe orang lain pada diri kita juga berpengaruh besar pada nafsu makan seseorang. Komentar tentang ‘kamu kok terlihat gemukan’ atau ‘kok kurus, kerja keras ya’ dan lain sebagainya membuat makanan di meja terasa hambar. Ini juga dicatat oleh National Eating Disorder, bahwa bullying dialami oleh 60 persen orang yang mengalami gangguan makan.
Diluar empat faktor diatas, terdapat faktor lain yang menjadi penyebab gangguan makan. Penyebab ini sudah sangat dikenal, yaitu karena tuntutan profesi atau karir. Tanpa disadari, ini memang menekan sehingga bisa mengganggu kesehatan baik fisik maupun mental.
Karena tubuh membutuhkan asupan nutrisi, apalagi ketika aktivitas padat maka dibutuhkan perhatian khusus. Jika ingin tetap menjaga berat badan stabil, maka pilihlah makanan yang tinggi nutrisi namun tidak membuat angka timbangan beranjak naik.
Kecoak dan serangga yang tiba-tiba muncul dari tempat tersembunyi di dapur cukup menyebalkan ‘kan? Caranya, begini untuk membasmi.