Penyebab Anak Remaja Suka Memberontak dan Cara Mengatasinya

Nesia Amarasthi
Penyebab Anak Remaja Suka Memberontak dan Cara Mengatasinya

Usia remaja adalah masa dimana seorang anak menunjukkan eksistensi diri. Pada masa ini mereka sedang mencari kedirian sekaligus perhatian dari orang tuanya. Diantara sikap manisnya ada pemberontakan atau melawan pendapat orang tuanya. Apakah ini wajar dilakukan anak remaja?

Orang tua mungkin sering merasa kecewa atau terluka karena lontaran yang tak diharapkan dari buah hatinya yang beranjk remaja. Namun, pemberontakan dan perlawanan selama pada batas kontrol masih bisa dianggap wajar. Seperti mempertanyakan aturan di rumah dan pembagian tugas yang sengaja tidak diselesaikannya, masih tergolong wajar.

Saat beranjak dewasa pun juga anak remaja sudah menunjukkan kediriannya. Ia suka bersolek di depan cermin atau memakai baju rapi dan mempertimbangkan apa yang dipakainya. Secara mental, mungkin digambarkan dengan mempertanyakan kembali apa yang dilihatnya. Ia bersikap lebih kritis dan nggak serta merta menerima apapun yang dilihatnya.

Bahkan nggak jarang terjadi bikin orang tua kewalahan karena setiap perintah atau aturan ditolaknya mentah-mentah. Buat para orang tua yang merasakan ini, nggak perlu menganggap buah hati sebagai anak yang nakal. Lantas, bagaimana cara menanggapi ketika anak mulai beranjak remaja dan suka memberontak? Berikut cara bijak buat para orang tua.

Memahami fase tumbuh kembang anak

Saat duduk di kelas sekolah menengah pertama, pertumbuhan mentalnya berada ‘diantara’. Masih punya rasa kekanakan namun beranjak dewasa. Saat ini adalah masa rentan jika tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya.

Itu artinya penting bagi orang tua untuk berkomunikasi dan memahami perubahan pola pikir anak. Ketika ia melawan aturan atau ketentuan, ajaklah bicara. Gali alasan anak melakukannya dan arahkan pikirannya lebih positif.

Bersikap terbuka

Fase setelah sekolah menengah pertama, anak akan lebih dewasa. Pada usia 15-18 tahun, meski masih membutuhkan perhatian dari orang tuanya namun ia lebih punya pertimbangan dalam melakukan sesuatu. Nah, ketika menghadapi anak yang sudah mulai dewasa, orang tua perlu bersikap dan berpikiran terbuka.

Orang tua memang mempunyai harapan tinggi pada putra-putrinya. Namun tidak tepat jika memaksakan keinginan orang tua. Jadi tetaplah mengarahkan dan tidak menekan keinginan pada anak.

Memberi ruang ekspresi

Diluar perkembangan mentalnya yang terlihat dari sikap berontak dan melawan, anak mempunyai cara masing-masing dalam mengekspresikan diri. Penting bagi orang tua untuk mengidentifikasi perasaan anak dan memberinya ruang untuk mengekspresikan perasaannya. Selain itu, berikan juga dukungan untuk mengembangkan diri sesuai minat anak agar emosinya tetap stabil.

Reward and punishment

Seperti irisan kecil dalam hidup, setiap tindakan akan memberikan efek tertentu. Pun dengan melatih anak dengan pola reward and punishment. Saat melakukan pola ini, buat kesepakatan yang seimbang antara orang tua dan anak agar tak ada yanag dominan disalah satu pihak. Ini juga akan mengajarkan anak untuk tetap bertanggung jawab atas segala tindakan yang ia perbuat.

 

LATEST ARTICLE